1/20/13

Sambungan Hati Jarak Jauh

Hari Sabtu selayaknya ditetapkan menjadi Hari Mecuci Nasional Anak Kosan saking banyaknya anak kos yang mencuci di hari itu. Tak terkecuali penghuni kos Nayla yang berjumlah 12 orang. Sejak Sabtu pagi, hiruk pikuk kegiatan mencuci dilakukan secara bergantian yang membuat tempat jemuran penuh dengan kain-kain yang dikeringkan.  

Seusai mencuci, Nayla dan teman-temannya berkumpul di ruang tv untuk makan sekaligus menonton tv dan ngobrol-ngobrol. Ketika sedang sibuk mengunyah nasi, hp Nayla yang ia letakkan di samping duduknya berbunyi. Ringtone khusus yang dipasangnya membuatnya mengetahui siapa yang menelepon tanpa melihat ID caller.

"Assalamualaikum. Ada apa bu?", Nayla berbicara melalui kotak hitam persegi panjang yang sebelumnya berbunyi.

"Walaikumsalam. Sedang apa, Nayla?" balas suara dari seberang yang selalu saja membuat hati Nayla tenteram setiap kali mendengarnya.

"Ini sedang makan bu. Ada apa?" jawab Nayla sambil terus mengunyah nasinya pelan-pelan sebelum menelannya.

"Oh, sedang makan. Nay, kamu di sana baik-baik ya. Ibu doakan agar TA-mu segera cepat selesai. Jangan lupa makan dan sholat juga."

Nayla merasa ada "sesuatu" ketika mendengar ibunya berbicara. Apa yang diucapkan ibu tersebut memang  sudah biasa didengarnya setiap kali ibunya menelepon. Namun kali ini rasanya berbeda. Jantung Nayla berdegup lebih kencang dari sebelumnya saat mendengarnya. Dengan perasaan cemas yang mulai menghantuinya Nayla kembali bertanya pada ibunya. "Ibu dan orang-orang rumah baik-baik saja?"

"Baik. Semuanya baik. Kamu tidak usah khawatir. Fokus saja pada TA-mu", adalah jawaban ibu yang bukannya membuat Nayla tenang melainkan semakin cemas. 

"Ya sudah kalo begitu. Ibu tutup telponnya. Assalamualaikum."

"Walaikumsalam", jawab Nayla yang kemudian diikuti dengan menekan tombol merah pada hpnya untuk mengakhiri sambungan jarak jauh dengan ibu.

Setelahnya, Nayla tidak lagi bernafsu untuk makan. Disingkirkannya piring yang masih penuh dengan nasi dan lauk pauk. Tadi ia baru sempat menelan beberapa sendok. Kemudian diambilnya kembali hpnya. Ia berencana untuk menghubungi Siska, saudara sepupu yang tinggal satu kampung dengannya. Ia menebak jika menghubungi kakaknya maka akan sama saja. Kakak akan mengatakan sama dengan apa yang dikatakan ibunya. Nayla berharap akan mendapatkan jawaban yang akan mengusir rasa cemasnya.

Tututututut .... panggilannya tersambung.

"Halo", panggilan Nayla sudah diterima.

Halo, Sis. Ini Nayla. Kamu tahu gak di rumahku ada apa?", Nayla melontarkan semua pertanyaannya dengan tidak sabar.

"Nggak ada apa-apa, mbak."

"Beneran nggak ada apa-apa?", Nayla tidak percaya dengan jawaban dari sepupunya.

"Iya, mbak. Bener kok."

" Ya sudah. Kalo ada apa-apa tolong aku dikasih tahu ya."

"Iya, mbak."

Nayla mengakhiri panggilan yang tidak memberikan jawaban sesuai harapannya. Siska yang baru saja ditelponnya pun mengatakan hal yang sama dengan perkataan ibunya. Jika memang begitu Nayla hanya berharap apa yang didengarnya benar adanya.


***

Menjelang tidur, Nayla menerima SMS dari teman SMA-nya.

Nayla, gimana keadaan kamu? Keluarga kamu?

sent by: Lana
11.00 P.M

Deg! Rasa cemas yang sudah berhasil sedikit diusirnya datang kembali. Tiba-tiba saja teman yang sudah lama tidak berhubungan dengannya mengirim SMS untuk menanyakan kabarnya dan kabar keluarganya. Dada Nayla terasa sesak. Perlahan-lahan dirasakannya sakit yang entah dari mana datangnya. Ia berharap setelah membalas SMS Lana ia akan menemukan jawaban dari teka-teki yang sedang dicarinya.

Aku baik, Lan. Keluargaku juga. Tumben kamu SMS? :)

sent by: Nayla
11.05 P.M

Dengan gelisah Nayla menunggu Lana membalas SMSnya. Berulang kali ia mengambil hpnya untuk mengecek adanya SMS baru. Lima menit. Lana belum juga membalasnya.Sepuluh menit. Belum dibalas. Tiga belas menit, hp Nayla berbunyi.

Syukurlah. Aku dengar kabar dr tetanggaku yg rumah neneknya dekat dg-mu, Nay. Katanya, rumahmu kebakaran.

sent by: Nayla
11.18 P.M

Butir-butir air keluar dari pelupuk mata Nayla tanpa diminta.

No comments:

Post a Comment