1/2/13

Life of Pi


Sudah ada banyak review yang menyatakan betapa bagusnya film yang diambil dari novel karya Yann Martel dengan judul yang sama, Life of Pi. Setelah menonton sendiri saya pun mengakui bahwa film karya sutradara Ang Lee benar-benar bagus. Dari segi cerita, sinematografi, pesan moral, semuanya bagus. Dan salah satu yang menarik perhatian saya adalah mengenai 'pencarian Tuhan'.
Terlahir sebagai orang India, Pi, yang mempunyai nama panjang Piscine adalah penganut Hindu. Pada suatu ketika, Pi mengakui bahwa dari banyaknya jumlah Dewa-Dewi yang ada, tak ada satu pun yang dia kenal. Oleh karena itu, Pi terus mencari siapa Tuhan-nya. Kemudian pada usia 12 tahun saat dia berlibur di sebuah perkebunan, kakaknya, Ravi , mengajaknya bertaruh untuk pergi ke sebuah gereja yang berada di bawah perkebunan. Jika Pi mau pergi ke gereja dan minum air suci di sana, Ravi akan memberinya sejumlah uang. Pergilah Pi kesana. Sampai di gereja, Pi langsung minum air suci seperti yang disuruh kakaknya. Kemudian muncullah seorang pendeta yang memberinya segelas air minum. Kemunculan sang Pendeta mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan Pi mengenai kenapa Tuhan disalib. Jawaban dari sang pendeta membuat Ravi merasa menemukan Tuhan-nya. Maka, dia pun semakin sering pergi ke gereja.
Menjadi nasrani bukanlah akhir perjalanan Pi. Ketika dia melewati sebuah masjid dan mendengar serta melihat orang-orang yang sedang solat, Pi juga tertarik sehingga dia ikut melaksanakan solat. Menjalankan tiga agama sekaligus, ayah Pi yang seorang rasionalis menasihati agar Pi sebaiknya tidak percaya terhadap agama-agama yang sedang dia pelajari. Bahwa sebaiknya mereka percaya pada ilmu pengetahuan yang bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka.
Pada akhirnya, kepercayaan Pi diuji oleh sebuah bencana yang membuatnya kehilangan segalanya. Pemerintah India sebagai pemilik tanah kebun binatang yang dikelola keluarga Pi tidak mau lagi memberi dana. Alhasil, ayah Pi memutuskan bahwa keluarganya harus pindah ke Kanada agar mereka bisa mempertahankan hidup. Maka pindahlah mereka sekeluarga beserta seluruh binatang di kebun binatang menumpang sebuah kapal Jepang. Di tengah perjalanan kapal yang ditumpangi Pi dan keluarganya karam terkena badai besar. Hanya Pi dan Richard Parker -harimau- nya yang selamat dan hidup berhari-hari dalam sekoci.
Terapung  bersama harimau yang kelaparan di tengah laut dimana dia tak mengetahui lokasinya membuat pasrah Pi. Dia menyerahkan seluruh hidupnya yang sebatang kara kepada Dia yang Maha Kuasa. Pi terus mengasah akalnya agar bisa bertahan hidup. Pada suatu hari datang badai besar yang membuat takut Richard Parker. Pi pun ikut murka kepada Tuhan yang kepadaNya dia telah menyerahkan hidupnya tetapi malah membuat takut harimaunya. Pi hampir putus asa. Sampai pada suatu hari sekocinya merapat di sebuah pulau yang dihuni banyak Markeet dan di dalamnya terdapat sumber mata air yang menyegarkan. Pi memutuskan untuk tinggal di pohon di pulau itu sampai ia menemukan sebuah bunga aneh. Ia segera pergi dari pulau itu bersama Richard Parker setelah mengumpulkan beberapa bahan makanan. Sampai akhirnya sekoci yang Pi dan Richard Parker tumpangi berhasil mendarat di sebuah pantai di Meksiko.
Dalam berjuang mempertahankan hidup di tengah laut itu, Pi akhirnya menemukan Tuhannya. Meskipun terlihat sendiri, Pi menyadari bahwa sesungguhnya Tuhan-nya menemani. Dan di saat mendapat kesulitan Tuhan-nya menolongnya. Seperti saat dia di pulau misterius yang ternyata adalah pulau karnivora. Di siang hari, pulau itu memberi kehidupan. Namun di malam hari pulau itu mengambil kehidupan. Pi menyadari setelah menemukan bunga yang di dalamnya terdapat gigi manusia yang dulu pernah terdampar di sana. Maka Pi segera pergi. Itulah tanda yang diberikan oleh Tuhan-nya agar dia terus melanjutkan perjalanannya.
Life of Pi menyadarkan saya kembali tentang kebesaran Tuhan. Keberadaannya yang seperti angin memang tidak bisa saya sentuh dan lihat. Namun bisa saya rasakan. Kebesarannya pun tidak perlu saya ragukan, seperti yang Pi rasakan.

No comments:

Post a Comment