2/18/13

Festival Jenang Solo

sumber gambar
Bulan Februari memang bulan yang istimewa karena salah satu tanggalnya diperingati sebagai hari kasih sayang di seluruh dunia. Selain itu, banyak orang-orang kece yang lahir di bulan ini. Diantaranya saya *uhuk* dan Kota Solo. Panggal 17 Februari kemarin, Kota Solo genap berusia 286 tahun. Sudah tua ya? hihihi

Untuk memperingati hari lahirnya, banyak event yang diselenggarakan, diantaranya Festival Jenang Solo. Festival tersebut mulai diselenggaran tahun lalu sehingga tahun ini menjadi tahun kedua penyelenggaraannya. Berbagai macam jenang (bubur) disediakan untuk dibagikan kepada ribuan pengunjung secara gratis. Mulai dari jenang merah dan putih, jenang sumsum, jenang pati, sampai jenang cio giu (semoga gak salah menulisnya). 

Setelah menjemput Weni, yang tentu saja belum mandi :p, kami berdua berangkat menuju Ngarsopuro, tempat digelarnya festival jenang. Setibanya di sana, sudah ada banyak orang yang memadati jalan di sepanjang Ngarsopuro. Para Putri Jenang pun sudah berbaris, menunggu Pak Walikota Rudyatmo membuka acara. Ibu-ibu PKK juga sudah siap dengan 'dagangan' jenangnya. Sembari menunggu, saya dan Weni  berjalan menyusuri satu stand ke stand lainnya yang ada di sana untuk melihat-lihat jenang apa saja yang hendak kami lahap. Karena jenang yang dibagikan banyak, maka setidaknya kami harus mendapatkan lebih dari satu macam :p *dasar gembul*

Selesai menyusuri stand demi stand, acara belum juga dimulai. Kabarnya, Pak Wali kena macet sehingga belum tiba di tempat sesuai jadwal. Saat sedang berlindung dari teriknya sinar matahari, entah bagaimana mulanya, stand di dekat saya sudah mulai membagikan jenangnya. Orang-orang mulai berkerumun. Merasa kecolongan start, saya dan Weni kemudian mencari stand yang kira-kira masih sedikit antriannya. Inilah jenang pertama yang kami dapatkan adalah:
Jenang mutiara dan tidak tau namanya :|
Usai melahap jenang tersebut, kami menuju ke stand jenang sagu. Namun ternyata, antriannya tidak manusiawi. Saya menyerah kemudian melipir ke stand di sampingnya yang antriannya lebih tertib. Kami mendapatkan jenang sumsum. Sendok yang kami gunakan untuk makan jenang pertama sengaja tidak kami buang untuk mempermudah dan mempercepat makan jenang-jenang yang lain :D. Dua porsi jenang belum membuat perut kami kenyang, sehingga kami masih memburu jenang yang lain. Jenang lemu menjadi perburuan kami selanjutnya.Sayang, saat kami tiba di stand jenangnya sudah habis. Padahal sepertinya enak karena ada pecel dan sambel tumpangnya. Slurrp. Jenang pati yang kami makan sepincuk berdua menjadi perburuan terakhir kami.

Semakin siang, cuaca semakin panas dan jenang-jenang mulai habis dibagikan. Kami berdua pun memutuskan untuk pulang. Selamat Ulang Tahun yang ke 268 Kota Solo. Semoga semakin berseri. Request untuk tahun depan dong, selain festival jenang boleh loh diadakan festival sego liwet, gudeg ceker, sate kere, atau timlo agar semakin meriah :D

2/17/13

RECTOVERSO: Cinta Yang Tak Terucap

Kamis kemarin, 14 Februari, Rectoverso the movie tayang perdana di bioskop. Berhubung gak ada kerjaan maka saya nonton pada hari itu juga. Takutnya kalo besok-besok mendadak banyak kerjaan malah akhirnya gak bisa nonton macam Perahu Kertas 2 dulu. Setelah memastikan Rectoverso sudah main di bioskop Solo, saya memutuskan untuk menonton jam pertama.

Sumber: cinema 21
Berbeda dengan film Perahu Kertas, untuk film Rectoverso ini saya nggak mengikuti perkembangan pembuatan filmnya. Yang saya tahu hanya bahwa Rectoverso akan difilmkan oleh lima sutradara lalu tayang tahun 2013. Udah, itu aja. Cast-nya saja baru saya ketahui setelah melihat trailernya beberapa minggu sebelum filmnya tayang di bioskop. Saya hanya ingin melihat bagaimana buku (kumpulan cerpen) karya Dewi Lestari itu dalam bentuk film. Maka saya simpan imajinasi yang sudah saya dapatkan ketika membaca bukunya sampai saat duduk di kursi F no 10 kemudian muncul adegan Abang yang sedang menghitung sabun. Dengan tetap menatap layar bisokop, saya munculkan adegan-adegan dalam buku yang sudah terekam otak saya.

Selama 110 menit, saya merasa sedang menonton sekaligus membaca Rectoverso. Quote-quote favorit saya dituangkan dalam film melalui dialog dan adegan-adegan pemainnya.
 "Jika mendengar saja cukup, kenapa harus dipaksakan bicara?" ~ Firasat
"Sebotol mahal anggur putih ada di depan matamu, tapi kamu tak pernah tahu. Kamu terus menanti. Segelas air putih" ~ Curhat Sahabat
"Sahabat saya itu adalah orang yang berbahagia. Ia menikmati punggung ayam tanpa tahu ada bagian lain. Ia hanya mengetahui apa yang ia sanggup miliki. Saya adalah orang yang paling bersedih, karena saya mengetahui apa yang tidak sanggup saya miliki" ~ Hanya Isyarat
Dan akhirnya yang membuat hati saya (karena mata saya tidak berair) menangis adalah surat dari Abang untuk Leia: 
"Seratus sempurna. Kamu satu. Sempurna"
Sunggung ending yang sempurna. Selama berpuluh-puluh menit saya mampu menahan air mata agar tidak keluar, sampai akhirnya surat itu dibaca. Rectoverso benar-benar film adaptasi yang bagus. Jika biasanya saya membandingkan film dengan bukunya (yang sudah saya baca), untuk Rectoverso tidak. Sempurna, kata Andra and the Backbone. Akting pemainnya bagus (Fauzi Baadila favorit saya :D), dialognya bagus (seperti baca buku), soundtracknya, sinematografi, semuanya bagus.
sumber: thejakartapost. Asmirandah cantik banget!
Sangat recommended untuk ditonton oleh semua orang (dewasa) karena ratingnya adalah film dewasa. Berhubung Rectoverso tayang perdana pada tanggal 14 Februari, maka seandainya pada tanggal itu belum punya pasangan tak perlu khawatir. Tanggal 14 Februari bukan hari valentine melainkan hari rectoverso (istilah @ikanatassa) :p.

Oya, sewaktu nonton Rectoverso saya bukan satu-satunya orang yang menonton sendirian lho karena saya bertemu beberapa orang yang juga nonton sendiri. Yeay!