1/16/13

Cuti Sakit Hati

Nayla sudah bersiap untuk berangkat. Revisi Bab 3-nya sudah ia print, siap diserahkan kepada pembimbingnya. Tadi malam ia sudah mendapatkan pesan bahwa pembimbingnya siap ditemui jam 10 pagi  ini. Setiap akan bimbingan, Nay selalu berusaha untuk datang tepat waktu agar bisa mempersiapkan diri. Termasuk pagi ini.

Untuk bertemu seorang pembimbing yang terkenal "sulit meluluskan mahasiswa", Nay harus selalu siaga. Ia harus rajin mencari dan membaca segala macam referensi agar bisa "berdiskusi" dengan pembimbingnya dengan cemerlang. Dan dari kesemuanya, ada persiapan yang lebih penting, yakni persiapan mental. Sudah menjadi rahasia umum bahwa banyak seniornya yang harus mengulang dari bab pertama meskipun telah sampai pada pembahasan. Tentunya itu semua atas titah dari pembimbing Yang Mulia. Amit-amit! Jangan sampai Nayla bernasib seperti itu. Oleh karena itu, Nay berusaha sebaik mungkin mengerjakan tugas akhirnya. Dan yang paling penting adalah menuruti seluruh titah Yang Mulia.

Sesampainya di pelataran kampus, ponsel Nayla berdering, menandakan ada pesan masuk.

#Yang Mulia#

Nayla, saya minta maaf pagi ini ada rapat dosen hingga siang nanti. Maka bimbingan saya undur menjadi jam 1. Harap maklum.

9.30 A.M

Nayla menghela napas setelah membaca pesan itu. Memang benar kata orang-orang jika dosen itu ibarat dewa saat menyusun tugas akhir. Sehingga mahasiswa harus ekstra sabar menghadapinya.

"Iya, bu. Saya maklum. Maklum sekali", Nayla menjawab pesan itu dalam hati. "Lalu aku harus ngapain selama 3 jam ke depan? Males kan kalo pulang lagi?", Nayla melanjutkan percakapannya sendiri.

Nayla terus berjalan masuk ke kampus. Setibanya di pintu masuk Nayla melihat temannya. Maka, dipanggillah temannya itu, "Rea! Rea".

Orang yang dipanggi Rea tersebut menoleh ke arah Nayla seraya menjawab dengan lirih, "hai".

Sampai di depan Ruang Tata Usaha, tempat Rea berada, Nay langsung nyerocos seperti biasa. "Kamu ngapain Re di sini? Ngurus wisuda ya? Cieee, dah kelar nih."

"Eh. Gak kok. Aku belum lulus. Ini ngurus cuti", Rea menjawab.

"Cuti? Emang kamu mau ke mana?", Rea melanjutkan pertanyaannya.

"Aku sakit."

"Yaampun! Sakit apa kok sampai cuti?"

"Sakit hati."

"Eh?", Nay tak begitu paham dengan jawaban Rea.

"Seminggu yang lalu aku diputusin Shandy, Nay. Makanya, aku mau cuti sementara", Rea tiba-tiba terisak saat menjawab pertanyaan Nayla.

Nayla menelan ludah mendengar penjelasan Rea.




No comments:

Post a Comment