11/27/11

Goodie Bag From WORDISME

Hari Sabtu yang saya tunggu-tunggu hadir di depan mata. Meski perjalanan menuju Jakarta dihadang banjir di Kota Lama, alhamdulillah saya tiba dengan selamat sentosa. Bersama dengan 300an orang dengan passion yang sama, saya berada di dalam aula Gedung Kompas Gramedia siap menyerap ilmu yang diberikan para pembicara #WORDISME dari jam 8.30 pagi hingga jam 5 sore.
Setelah melakukan registrasi dan mendapatkan goodie bag dari femina, saya masuk ke aula dan memilih kursi di barisan ketiga dari depan. Di kursi peserta, masing-masing telah disediakan berbagai macam snack serta satu lagi goodie bag yang berisi novel, komik, majalah dan gelas tupperware. Senangnyaaa! Tepat pukul 8.30 WIB #WORDISME  dibuka oleh MC (mbak Tasya) yang kemudian dilanjutkan dengan sambutan dari mbak Alberthiene Endah (AE) sebagai penggagas dari #WORDISME. Dalam sambutannya yang tak lebih dari lima menit tersebut mbak AE berkata bahwa acara yang berlangsung satu hari tersebut mungkin tak akan memberikan dampak langsung kepada peserta dan tak menjadikannya langsung menjadi penulis handal. Namun, mbak AE yakin bahwa setidaknya acara tersebut akan menjadi sebuah pijakan awal bagi para penulis-penulis baru.
Panggung WORDISME
Seusai sambutan dari mbak AE, sesi pertama Pelatihan Jurnalisme Pop dengan pembicara mbak Petty S. Fatimah (pemimpin redaksi majalah femina) dan mbak Reda Gaudiamo (pemimpin grup majalah wanita Gramedia) dimulai. Dalam kesempatan itu, mbak Petty dan mbak Reda mengatakan bahwa untuk dapat menjadi penulis di sebuah media (majalah),  penting bagi calon penulis untuk mengetahui karakteristik majalah yang ingin dituju. Membaca majalahnya, mempelajarinya dengan detil sampai betul-betul mengerti karakternya. Dan tak lupa, hiduplah pada masa majalah itu untuk mengetahui 'jargon' atau bahasa slang-nya. Misalnya, sapaan 'sist' tentu tak cocok digunakan untuk tulisan di majalah olahraga. Tak terasa waktu satu setengah jam berlalu meski banyak pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab.
Pelatihan Jurnalisme Pop
Sesi kedua adalah Pelatihan Menulis Biografi oleh mbak Alberthiene Endah dengan moderator mas Mahyong. Keduanya nampak kompak karena ternyata di setiap bedah bukunya, mbak AE selalu meminta mas Mahyong menjadi moderatornya. Dalam menulis biografi, mbak AE berkata diperlukan mental yang kuat karena isinya mengenai kisah hidup seseorang, bisa artis, pejabat bahkan orang biasa saja. Masing-masing dari mereka mempunyai cerita kehidupan yang berbeda-beda. Pernah suatu kali, buku mbak AE yang sudah siap cetak harus dibredel salah satu babnya karena dirasa akan menimbulkan 'perang'. Serta, karena dalam menulis biografi penulis harus melakukan berulang kali wawancara dengan narasumber, menyalin transkip wawancaranya kemudian menuliskannya. Oleh karena itu, menulis biografi sangat melelahkan tapi mengasyikkan, tambah mbak AE. Untuk bisa memancing narasumber agar mau mengeluarkan cerita-cerita yang diperlukan, skill dan insting kewarasan penulis harus digunakan.
Pelatihan Menulis Biografi
Sesi ketiga Meraih Sukses Dengan Blog menghadirkan Raditya Dika dan mbak Olli Salsabeela sebagai narasumber. Berkat blog, mereka berhasil menjadi penulis buku-buku best-seller. Selain itu, mbak Olli juga dikenal sebagai enteprenur yang berhasil mengubah hambatannya menjadi sebuah usaha. nulisbuku.com misalnya. nulisbuku.com dibuat mbak Olli setelah naskah beliau ditolak oleh penerbit yang saat itu Raditya Dika masih menjadi pemimpin redaksinya. Dalam sesi ketiga ini suasana benar-benar hidup karena Raditya Dika, seperti biasa, kocak ketika membagi pengalamannya saat blog kambingjantan diterbitkan menjadi sebuah buku. Ditambah lagi mbak Miund sebagai moderatornya. Dalam menulis blog, mbak Olli dan Raditya Dika berpesan agar blogger (pemula) tidak bermind-set bahwa blog tersebut harus bisa diterbitkan menjadi buku best-seller sehingga bisa menghasilkan uang jutaan rupiah. Menulislah dengan hati, mulai dengan apa yang kita sukai. 'You don't have to be better, you have to be different', kata Raditya Dika. Ketika menjawab pertanyaan dari salah satu peserta mengenai writer’s block keduanya menjawab bahwa writer’s blog hanya sebuah alasan. Jika merasa 'stuck' kita bisa berhenti sebentar kemudian melakukan sesuatu yang bisa menyegarkan pikiran, mungkin jalan-jalan atau nonton. Namun karena Raditya Dika tidak suka jalan-jalan dan sebagainya, dia akan terus menulis karena menurutnya lebih baik menulis satu halaman JELEK penuh daripada menulis nol halaman. 'Writing is rewriting, tulisan-tulisan jelek yang sudah terkumpul bisa kita baca ulang kembali untuk kemudian memperbaikinya. Maka, tulisan-tulisan jelek itu akan menjadi tulisan yang bagus.
Meraih Sukses Dari Blog
Usai sesi Meraih Sukses dari Blog saatnya istirahat, sholat, dan makan siang sebelum kemudian dilanjutkan sesi keempat Menulis Fiksi bersama Clara Ng dan Djenar Maesa Ayu. Hadir pula mbak Hetih Rusli dan Windy Ariestanty. Keduanya adalah editor di penerbit Gramedia dan Gagas Media. Dalam sesi ini, selain bisa belajar menulis fiksi dari mbak Clara dan mbak Djenar, kita juga bisa mengetahui cara-cara agar karya kita bisa diterbitkan melalui penjelasan mbak Hetih dan mbak Windy. Bagi mbak Djenar, menulis bukanlah sebuah pekerjaan melainkan kebutuhan. Hal itu dikarenakan beliau yang tumbuh di keluarga seniman. Djenar kecil susah berkomunikasi dengan orang tuanya disebabkan jam tidur yang berbeda. Saat Djenar kecil akan pergi sekolah, orang tuanya tidur. Oleh sebab itu, Djenar kecil membutuhkan suatu bentuk komunikasi untuk mengungkapkan pikiran-pikirannya, yaitu menulis yang sampai saat ini masih digelutinya. Sedangkan mbak Clara menjadi penulis setelah beliau keguguran untuk yang kedua kalinya. Saat menuangkan imajinasinya ke dalam sebuah tulisan, mbak Clara merasa menemukan obatnya. Sejak saat itu, beliau terus dan terus menulis yang hasilnya adalah berpuluh buku cerita untuk dewasa, remaja dan anak-anak. Clara Ng juga mengatakan bahwa ide ada di mana-mana, murah. Namun sebuah ide akan menjadi mahal harganya setelah kita mencurahkan waktu, tenaga dan pikiran kita untuk menyusunnya menjadi sebuah karya entah itu cerpen, novel dan sebagainya.
Makan siaaang!


Pelatihan Menulis Fiksi
 Sesi terakhir dalam #WORDISME adalah Pelatihan Menulis Skenario oleh Salman Aristo, Alexander Thian dan Aditya Gumay. Ketiganya memberitahu bahwa hal utama yang diperlukan dalam menulis skenario adalah premis. Dari premis tersebut kemudian bisa kita kembangkan dengan menciptakan karakter-karakter, menyusun plot, membuat konflik dan lain sebagainya. Salman aristo bercerita bahwa menjadi penulis skenario sangat seru karena bisa terlibat dengan berbagai disiplin ilmu. Sementara Alexander Thian atau yang lebih kita kenal dengan nama @aMrazing bercerita bagaimana susahnya menjadi penulis skenario sinetron yang harus selalu stand by jika ada revisi, belum lagi jika harus dimarah-marahi produser apabila ratingnya turun. Sementara Alexander gumay mengajak para calon penulis skenario untuk menciptakan skenario film atau sinteron yang lebih bermutu agar bisa menciptakan tontonan yang menarik dan mendidik.
Pelatihan Menulis Skenario


Sama mbak Alberthiene
Sama aMrazing :)
 Berakhirnya sesi kelima berarti berkahir pula acara #WORDISME. Inilah satu-satunya workshop yang saya ikuti dengan 'khusyuk' selama 9,5 jam. Benar-benar sebuah acara yang menyenangkan dan mencerahkan. Salutnya saya, acara sebesar ini bisa berlangsung ontime tanpa ‘ngaret’. Saya berharap akan ada lagi WORDISME-WORDISME lanjutan yang akan menginspirasi lebih banyak orang. Dan saya pasti akan ikut lagi :).

* Beberapa foto saya copas dari flickr mbak Ollie.

2 comments:

  1. eh, aku juga ada di sana loh waktu itu xD
    wahhh andai sudah kenal, jd bisa kopdar sesama blogger sekalian

    ReplyDelete
  2. hooh, semoga kita bisa bertemu di lain waktu :)

    ReplyDelete