Wajah Nayla berseri-seri begitu satu contact baru memenuhi memori hp-nya. Nay tak menyangka, Morgan yang selama ini hanya bisa ia lihat melalui layar kaca, bisa ia genggam tangannya. Nay masih bisa mengingat dengan jelas ketika Morgan berkata, "hai" sambil tersenyum yang menampakkan deretan giginya yang putih.
Nay masih saja tersenyum setiap kali mengingat kejadian di supermarket. Setibanya di depan kasir, Nay balik badan kemudian berlari menuju orang yang menepuk pundaknya. Ia baru saja tersadar. Siapa juga yang menyangka artis papan atas seperti Morgan berkeliaran di supermarket yang jauh dari Jakarta. Koreksi, Morgan berkeliaran di supermarket membawa nampan berisi yagurt lalu menawarkan pada Nayla. Alamak!
Langkah Nay berhenti saat jaraknya dengan Morgan hanya satu meter di depan mata. Di tempat semula, Morgan masih berdiri dan dikerubungi beberapa orang. Ada yang mencicip yagurtnya, ada pula yang minta foto bersama. Sialan! Sementara itu, dari tempatnya berdiri Nay bisa merasakan kehangatan seorang superstar. Morgan tampak ramah melayani orang-orang itu. Sesaat Nay ragu, apakah ia akan menemui Morgan atau kembali saja ke kasir untuk membayar belanjanya lalu pulang. Lalu Nay berfikir, mungkin saja ini adalah satu-satunya kesempatan yang ia punya untuk bertemu idolanya. Maka, setelah Morgan kembali sendiri, Nay berjalan mendekat.
Tiba di belakang Morgan, Nay berhenti. Ia berusaha untuk memanggil Morgan tapi tak ada suara yang keluar. Mulutnya tercekat, tangannya gemetaran. Malah Morgan yang berbalik dan kini berdiri menatapnya.
"Hai", dengan senyuman ala iklan pasta gigi Morgan menyapa Nayla.
Dengan kikuk Nay membalas sapaannya, "Hh-hai" sambil berusaha mengeluarkan senyuman terbaiknya.
Begitulah sepuluh menit yang menjadi momen terbaik hidup Nayla. Seusai perkenalan yang canggung itu, Nay bisa meminta foto dengan Morgan. Lebih dari itu, Nay mendapatkan nomor hp Morgan. Wohooo...
*yuunomisowelllll*
Hp Nayla berbunyi, pertanda ada pesan yang masuk untuknya. Sambil mengusap mata Nay mengambil hp yang ia letakkan di bawah bantalnya. Sebelum membaca pesan ia melihat jam pada homescreen terlebih dahulu.
Pukul dua dini hari. Nay beringsut kembali setelah melihat laptopnya masih menyala dengan window ms. office yang masih terbuka, serta kertas-kertas revisi yang berserakan di lantai kamarnya. Semangatnya menghilang saat teringat siapa yang harus ditemuinya nanti. Dan selalu saja Nay bermimpi aneh sebelum bertemu dengan dosen pembimbingnya.
hahaha, kasian si Nay. ketemu Morgan-nya cuma di mimpi yak?
ReplyDeleteKalo ketemu bener malah kabur dia, hehe.
ReplyDeleteMakasih ya dah baca :)