Showing posts with label #13HariNgeblogFF. Show all posts
Showing posts with label #13HariNgeblogFF. Show all posts

1/20/13

Cintaku Mentok di Kamu

Ada satu istilah yang mempunyai makna sama namun diucapkan berbeda, tergantung status pengucapnya. Sabtu malam atau malam Minggu? terserah. Para pecinta yang sedang dimabuk asmara biasanya lebih menyukai istilah malam Minggu. Kebalikannya, Sabtu malam lebih disukai oleh para fakir asmara (meminjam istilah Raditya Dika) yang menghabiskan malam Minggunya, eh Sabtu malamnya di rumah memandangi timeline twitter berharap ada yang bernasib sama dengan mereka. :)

Nayla adalah salah satu jamaah fakir asmara tersebut. Sabtu malam-Sabtu malamnya dihabiskan untuk melahab berbagai macam buku, video dan variety show. Ia tidak suka bepergian pada Sabtu malam karena jalanan pasti penuh dengan kendaraan yang akan mengantar tuan-tuan dan nyonya-nyonya mereka ke mall, resto, cafe, bioskop, rumah pacar, rumah tunangan, rumah selingkuhan, dan lain-lain. Bahkan, untuk kebutuhan perutnya alias makan, dibelinya sebelum petang mengingat tempat makan pasti penuh saat Sabtu malam tiba. Dan tempat makan-tempat makan tersebut pasti dipenuhi dengan orang berpasang-pasangan. 

Saat malam tiba, Nayla yang sudah mandi dan wangi mengeluarkan laptopnya. Dibukanya folder yang diberi nama "My sweetheart". Klik ... klik ... klik ... File yang dikehendakinya sudah terbuka. Sambil memandangi gambar yang sedang ditampilkan di layar laptopnya, Nayla bergumam,

"Pantesan aku jombo, soalnya cintaku mentok di kamu, Siwon oppa!"

Bales Kangenku Dong!

"Owmaigawd!! Oppa ... Oppa ... saranghae"

Adalah reaksi yang sudah biasa diperlihatkan Nayla ketika menonton idolanya di tv, youtube, dan lain-lain. Meskipun hanya melihat dari layar kaca namun kehebohannya ibarat memenangkan undian jalan-jalan ke Eropa dengan pesawat kelas eksekutif, akomodasi bintang lima, dan ditemani oleh Brad Pitt! Hehehe ... 

Sepanjang menonton acara entah apa itu, yang tidak dimengerti Diaz, tak henti-hentinya Nayla berteriak, terutama saat idolanya "mendekat".

"Lihat Yaz! Ini yang namanya Siwon. Ganteng kan? Yang dulu digosipin pacaran sama Agnez Monica itu. Ih, enak aja, baru ngetweet aja dibilang pacaran. Dih, lebay deh infotanment Indonesia."

Sambil menunjuk kepada orang yang disebut Siwon, Nayla menjelaskan panjang lebar kepada Diaz. Sementara itu, yang dijelaskan hanya diam mendengarkan perkataan Nayla sambil memandangi sekumpulan laki-laki berwajah oriental tetapi kelopak matanya besar-besar (sudah dioperasi?) yang sedang menari dan menyanyi secara bergantian.

Siwon? Itulah yang membuat Diaz heran terhadap Nayla. Bisa-bisanya dia menghafal semua nama anggota boyband yang mempunyai wajah mirip-mirip itu. Belum lagi, Nayla hafal dengan semua lagu dan koreografinya. Ya Tuhan!!

Bwara Mr. Simple, Simple Keuttae-neun Keuttae-neun Keuttae-ro meotjyeo
Bwara Miss-seu Simple, Simple, Keuttae-neun Keuttae-ro yeppeo (SJ Call)

"Tau gak Yaz? Meskipun ganteng dan terkenal, Siwon tuh baik dan humble banget. Dia gak suka pamer walaupun orang tuanya punya sebelas department store di Korea sana. Udah gitu dia juga rajin beribadah. Married-able banget kan?"

Tanpa mengalihkan pandangannya dari flower boys itu, Nayla terus saja bercerita perihal Siwon kepada Diaz. Nayla bercerita seolah-olah Siwon adalah teman mainnya waktu kecil. 

"Kadang-kadang dia juga bales mention dari followersnya di twitter. Tapi dia gak pernah bales mentionku. Huhuhu. Padahal hampir tiap hari aku mention dia. Kapan ya dia bales mentionku? Seandainya ..."

Belum selesai Nayla berceloteh tentang Siwon-nya, Diaz buru-buru menyela.

"Kamu, kapan bales kangenku?"



Sambungan Hati Jarak Jauh

Hari Sabtu selayaknya ditetapkan menjadi Hari Mecuci Nasional Anak Kosan saking banyaknya anak kos yang mencuci di hari itu. Tak terkecuali penghuni kos Nayla yang berjumlah 12 orang. Sejak Sabtu pagi, hiruk pikuk kegiatan mencuci dilakukan secara bergantian yang membuat tempat jemuran penuh dengan kain-kain yang dikeringkan.  

Seusai mencuci, Nayla dan teman-temannya berkumpul di ruang tv untuk makan sekaligus menonton tv dan ngobrol-ngobrol. Ketika sedang sibuk mengunyah nasi, hp Nayla yang ia letakkan di samping duduknya berbunyi. Ringtone khusus yang dipasangnya membuatnya mengetahui siapa yang menelepon tanpa melihat ID caller.

"Assalamualaikum. Ada apa bu?", Nayla berbicara melalui kotak hitam persegi panjang yang sebelumnya berbunyi.

"Walaikumsalam. Sedang apa, Nayla?" balas suara dari seberang yang selalu saja membuat hati Nayla tenteram setiap kali mendengarnya.

"Ini sedang makan bu. Ada apa?" jawab Nayla sambil terus mengunyah nasinya pelan-pelan sebelum menelannya.

"Oh, sedang makan. Nay, kamu di sana baik-baik ya. Ibu doakan agar TA-mu segera cepat selesai. Jangan lupa makan dan sholat juga."

Nayla merasa ada "sesuatu" ketika mendengar ibunya berbicara. Apa yang diucapkan ibu tersebut memang  sudah biasa didengarnya setiap kali ibunya menelepon. Namun kali ini rasanya berbeda. Jantung Nayla berdegup lebih kencang dari sebelumnya saat mendengarnya. Dengan perasaan cemas yang mulai menghantuinya Nayla kembali bertanya pada ibunya. "Ibu dan orang-orang rumah baik-baik saja?"

"Baik. Semuanya baik. Kamu tidak usah khawatir. Fokus saja pada TA-mu", adalah jawaban ibu yang bukannya membuat Nayla tenang melainkan semakin cemas. 

"Ya sudah kalo begitu. Ibu tutup telponnya. Assalamualaikum."

"Walaikumsalam", jawab Nayla yang kemudian diikuti dengan menekan tombol merah pada hpnya untuk mengakhiri sambungan jarak jauh dengan ibu.

Setelahnya, Nayla tidak lagi bernafsu untuk makan. Disingkirkannya piring yang masih penuh dengan nasi dan lauk pauk. Tadi ia baru sempat menelan beberapa sendok. Kemudian diambilnya kembali hpnya. Ia berencana untuk menghubungi Siska, saudara sepupu yang tinggal satu kampung dengannya. Ia menebak jika menghubungi kakaknya maka akan sama saja. Kakak akan mengatakan sama dengan apa yang dikatakan ibunya. Nayla berharap akan mendapatkan jawaban yang akan mengusir rasa cemasnya.

Tututututut .... panggilannya tersambung.

"Halo", panggilan Nayla sudah diterima.

Halo, Sis. Ini Nayla. Kamu tahu gak di rumahku ada apa?", Nayla melontarkan semua pertanyaannya dengan tidak sabar.

"Nggak ada apa-apa, mbak."

"Beneran nggak ada apa-apa?", Nayla tidak percaya dengan jawaban dari sepupunya.

"Iya, mbak. Bener kok."

" Ya sudah. Kalo ada apa-apa tolong aku dikasih tahu ya."

"Iya, mbak."

Nayla mengakhiri panggilan yang tidak memberikan jawaban sesuai harapannya. Siska yang baru saja ditelponnya pun mengatakan hal yang sama dengan perkataan ibunya. Jika memang begitu Nayla hanya berharap apa yang didengarnya benar adanya.


***

Menjelang tidur, Nayla menerima SMS dari teman SMA-nya.

Nayla, gimana keadaan kamu? Keluarga kamu?

sent by: Lana
11.00 P.M

Deg! Rasa cemas yang sudah berhasil sedikit diusirnya datang kembali. Tiba-tiba saja teman yang sudah lama tidak berhubungan dengannya mengirim SMS untuk menanyakan kabarnya dan kabar keluarganya. Dada Nayla terasa sesak. Perlahan-lahan dirasakannya sakit yang entah dari mana datangnya. Ia berharap setelah membalas SMS Lana ia akan menemukan jawaban dari teka-teki yang sedang dicarinya.

Aku baik, Lan. Keluargaku juga. Tumben kamu SMS? :)

sent by: Nayla
11.05 P.M

Dengan gelisah Nayla menunggu Lana membalas SMSnya. Berulang kali ia mengambil hpnya untuk mengecek adanya SMS baru. Lima menit. Lana belum juga membalasnya.Sepuluh menit. Belum dibalas. Tiga belas menit, hp Nayla berbunyi.

Syukurlah. Aku dengar kabar dr tetanggaku yg rumah neneknya dekat dg-mu, Nay. Katanya, rumahmu kebakaran.

sent by: Nayla
11.18 P.M

Butir-butir air keluar dari pelupuk mata Nayla tanpa diminta.

1/16/13

Cuti Sakit Hati

Nayla sudah bersiap untuk berangkat. Revisi Bab 3-nya sudah ia print, siap diserahkan kepada pembimbingnya. Tadi malam ia sudah mendapatkan pesan bahwa pembimbingnya siap ditemui jam 10 pagi  ini. Setiap akan bimbingan, Nay selalu berusaha untuk datang tepat waktu agar bisa mempersiapkan diri. Termasuk pagi ini.

Untuk bertemu seorang pembimbing yang terkenal "sulit meluluskan mahasiswa", Nay harus selalu siaga. Ia harus rajin mencari dan membaca segala macam referensi agar bisa "berdiskusi" dengan pembimbingnya dengan cemerlang. Dan dari kesemuanya, ada persiapan yang lebih penting, yakni persiapan mental. Sudah menjadi rahasia umum bahwa banyak seniornya yang harus mengulang dari bab pertama meskipun telah sampai pada pembahasan. Tentunya itu semua atas titah dari pembimbing Yang Mulia. Amit-amit! Jangan sampai Nayla bernasib seperti itu. Oleh karena itu, Nay berusaha sebaik mungkin mengerjakan tugas akhirnya. Dan yang paling penting adalah menuruti seluruh titah Yang Mulia.

Sesampainya di pelataran kampus, ponsel Nayla berdering, menandakan ada pesan masuk.

#Yang Mulia#

Nayla, saya minta maaf pagi ini ada rapat dosen hingga siang nanti. Maka bimbingan saya undur menjadi jam 1. Harap maklum.

9.30 A.M

Nayla menghela napas setelah membaca pesan itu. Memang benar kata orang-orang jika dosen itu ibarat dewa saat menyusun tugas akhir. Sehingga mahasiswa harus ekstra sabar menghadapinya.

"Iya, bu. Saya maklum. Maklum sekali", Nayla menjawab pesan itu dalam hati. "Lalu aku harus ngapain selama 3 jam ke depan? Males kan kalo pulang lagi?", Nayla melanjutkan percakapannya sendiri.

Nayla terus berjalan masuk ke kampus. Setibanya di pintu masuk Nayla melihat temannya. Maka, dipanggillah temannya itu, "Rea! Rea".

Orang yang dipanggi Rea tersebut menoleh ke arah Nayla seraya menjawab dengan lirih, "hai".

Sampai di depan Ruang Tata Usaha, tempat Rea berada, Nay langsung nyerocos seperti biasa. "Kamu ngapain Re di sini? Ngurus wisuda ya? Cieee, dah kelar nih."

"Eh. Gak kok. Aku belum lulus. Ini ngurus cuti", Rea menjawab.

"Cuti? Emang kamu mau ke mana?", Rea melanjutkan pertanyaannya.

"Aku sakit."

"Yaampun! Sakit apa kok sampai cuti?"

"Sakit hati."

"Eh?", Nay tak begitu paham dengan jawaban Rea.

"Seminggu yang lalu aku diputusin Shandy, Nay. Makanya, aku mau cuti sementara", Rea tiba-tiba terisak saat menjawab pertanyaan Nayla.

Nayla menelan ludah mendengar penjelasan Rea.




1/15/13

Orang Ketiga Pertama

Begitu sampai di pelataran Lekker Paimo, Nayla langsung bergegas menuju tempat duduk yang letaknya di pojokan cafe. Itu merupakan tempat faovorit Nay ketika berkunjung ke sana. Dinding kacanya memungkinkan Nay melihat lalu-lalang jalanan. Selain itu, suasana riuh dari dapur terbukanya jadi tak begitu terdengar olehnya.

Tak berapa lama setelah ia mendudukkan pantat dan meletakkan tas di kursi sebelahnya, seorang pelayan menghampiri untuk membawakan menu untuknya. Nay lumayan sering datang ke Lekker Paimo sehingga hampir mengenali semua pelayannya. Bahkan ada yang akrab beberapa. Sementara pelayan yang baru saja menghampirinya baru sekali ini ia lihat. "Mungkin dia orang baru", batin Nayla.

Selesai menuliskan pesanannya, leker tuna jagung manis, leker sosis keju, dan ice tea blueberry, Nay menyerahkan kembali  kertas pesanannya kepada pelayan yang dengan setia berdiri di samping mejanya.

Sebenarnya tujuan Nayla datang ke Lekker Paimo bukanlah untuk menikmati leker kesukaannya, melainkan dia berjanji untuk bertemu seseorang di sana. Seseorang yang langsung menuduhnya begitu menyapanya di whatsapp. Diaz. Dialah orang yang sedang ditunggu Nayla. Sembari menunggu Diaz, Nay membaca kembali chat-nya di whatsapp dengan semalam.

Diaz: Nay...
Nay_la: Knp yaz?
Diaz: Kamu nyembunyiin sesuatu kan?
Nay_la: Gak. Nyembunyiin apa?
Diaz: Gak usah boong Nay, aku tau kamu banget. Mending kamu ngaku deh!
Nay_la: Sumpah yaz, aku gak boong. Emang aku gak nyembunyiin apa2. Kamu kok seenaknya nuduh2 gt sih? >,<
Diaz: Aku gak asal nuduh, tp kan kemarin cuma kamu yg main ke kosku. Dan itu masih ada. Setelah kamu pulang tiba2 gak ada.
Nay_la: Yaampun yaz, beneran deh. Aku gak ngambil apa2 kecuali majalah yg aku titip beli sama kamu itu.
Diaz: Nah, buku itu ada di bawah majalah kamu. Kebawa kamu gak?
Nay_la: Owalah... Bentar ya coba aku cek dulu. Iya ada, hihihi. Maap ya, gak sengaja :D
Diaz: Syukurlah, buku langka soalnya Nay. Kalo gitu besok aku ambil ya.
Nay_la: okay boz! ^^

Maka, di pojokan Lekker Paimo Nayla duduk menanti Diaz. Tak lupa ia membawa Orang Ketiga Pertama  yang tak sengaja terbawa olehnya.

1/14/13

Pukul Dua Dini Hari


Wajah Nayla berseri-seri begitu satu contact baru memenuhi memori hp-nya. Nay tak menyangka, Morgan yang selama ini hanya bisa ia lihat melalui layar kaca, bisa ia genggam tangannya. Nay masih bisa mengingat dengan jelas ketika Morgan berkata, "hai" sambil tersenyum yang menampakkan deretan giginya yang putih.

Nay masih saja tersenyum setiap kali mengingat kejadian di supermarket. Setibanya di depan kasir, Nay balik badan kemudian berlari menuju orang yang menepuk pundaknya. Ia baru saja tersadar. Siapa juga yang menyangka artis papan atas seperti Morgan berkeliaran di supermarket yang jauh dari Jakarta. Koreksi, Morgan berkeliaran di supermarket membawa nampan berisi yagurt lalu menawarkan pada Nayla. Alamak!

Langkah Nay berhenti saat jaraknya dengan Morgan hanya satu meter di depan mata. Di tempat semula, Morgan masih berdiri dan dikerubungi beberapa orang. Ada yang mencicip yagurtnya, ada pula yang minta foto bersama. Sialan! Sementara itu, dari tempatnya berdiri Nay bisa merasakan kehangatan seorang superstar. Morgan tampak ramah melayani orang-orang itu. Sesaat Nay ragu, apakah ia akan menemui Morgan atau kembali saja ke kasir untuk membayar belanjanya lalu pulang. Lalu Nay berfikir, mungkin saja ini adalah satu-satunya kesempatan yang ia punya untuk bertemu idolanya. Maka, setelah Morgan kembali sendiri, Nay berjalan mendekat.

Tiba di belakang Morgan, Nay berhenti. Ia berusaha untuk memanggil Morgan tapi tak ada suara yang keluar. Mulutnya tercekat, tangannya gemetaran. Malah Morgan yang berbalik dan kini berdiri menatapnya.

"Hai", dengan senyuman ala iklan pasta gigi Morgan menyapa Nayla.

Dengan kikuk Nay membalas sapaannya, "Hh-hai" sambil berusaha mengeluarkan senyuman terbaiknya.

Begitulah sepuluh menit yang menjadi momen terbaik hidup Nayla. Seusai perkenalan yang canggung itu, Nay bisa meminta foto dengan Morgan. Lebih dari itu, Nay mendapatkan nomor hp Morgan. Wohooo...


*yuunomisowelllll* 

Hp Nayla berbunyi, pertanda ada pesan yang masuk untuknya. Sambil mengusap mata Nay mengambil hp yang ia letakkan di bawah bantalnya. Sebelum membaca pesan ia melihat jam pada homescreen terlebih dahulu.

Pukul dua dini hari. Nay beringsut kembali setelah melihat laptopnya masih menyala dengan window ms. office yang masih terbuka, serta kertas-kertas revisi yang berserakan di lantai kamarnya. Semangatnya menghilang saat teringat siapa yang harus ditemuinya nanti. Dan selalu saja Nay bermimpi aneh sebelum bertemu dengan dosen pembimbingnya.

1/13/13

Kenalan Yuk!


Sambil mendekap paper keeper berwarna pink, Nayla berjalan dengan gontai keluar dari ruangan dosen. Sudah bukan cerita baru lagi bahwa selama sembilan bulan terakhir, pemandangan setelah Nay selesai bimbingan dengan dosennya selalu sama. Wajahnya ditekuk dengan tenaga yang hampir tidak ada, seolah-olah Nay baru saja pulang dari peperangan.

Di luar ruangan, Nay melihat wajah-wajah asing, tak ada satu orang pun yang dikenalnya. Tidak ada temannya di sana. Karena memang, di angkatan Nay hanya tinggal segelintir orang yang belum lulus. Nay salah satunya. Nay dan teman-temannya hanya pergi jika harus bimbingan atau ke perpus. Oleh karena itu, dia tidak pernah berlama-lama berada di kampus. Tidak seperti saat awal-awal kuliah, di mana dia selalu berangkat pagi dan pulang saat hari sudah larut.

Dari kampus Nay tak segera pulang ke kosnya. Dia memilih untuk mampir ke sebuah mall di mana supermarket tempat dia biasa membeli segala macam kebutuhannya berada. Nay sebenarnya tidak menyukai mall. Nay hanya pergi ke sana jika ingin berbelanja, beli buku, nonton, dan makan. Lah, bukannya tujuan pergi ke mall memang untuk itu? Ya, memang. Pokoknya jika tidak ada yang harus dilakukannya, dia tidak suka berkeliaran di mall. Dia lebih senang mengurung diri dalam kamar dengan buku-buku dan serial Koreanya.

Dengan menenteng keranjang belanja, Nay segera menyusuri rak demi rak. Dia tidak membawa daftar belanjaan karena memang datang tanpa rencana. Nay hanya melihat-lihat jika sekiranya ada yang menarik hatinya. Hampir tiga puluh menit berlalu tanpa ada satu barang pun yang mengisi keranjangnya.

Saat Nay berdiri di depan rak produk milk and dairy, kesukaannya, ada seseorang yang mendekat kemudian berdiri di sampingnya. Nay tidak beranjak dari tempatnya berdiri dan tetap menatap deretan youghurt yang hendak dicomotnya. Tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya, lalu menawarkan youghurt yang dibawanya dengan nampan.

"Silakan kakak, dicoba, varian baru dari yagurt, beli tiga gratis satu, kakak", seseorang itu berkata sembari memajukan nampan yang berisi yagurt dalam wadah kecil-kecil.

Nay menoleh, mengambil satu yagurt yang dibawa oleh seseorang itu dan tak lupa mengucapkan terima kasih, lalu berlalu menuju kasir. Saat berjalan menuju kasir Nay baru merasa bahwa dia familiar dengan orang yang menawarinya yagurt itu. Rasa-rasanya Nay pernah melihat orang itu tapi lupa kapan dan di mana. Saat tiba di depan kasir Nay ingat lalu berlari ke tempatnya semula sambil teriak, "Morgaaaaan".

p.s: yakali, setelah iklan sosis, Morgan jadi brand ambas-nya yoghurt :p