Sudah ada banyak review yang
menyatakan betapa bagusnya film yang diambil dari novel karya Yann Martel
dengan judul yang sama, Life of Pi. Setelah menonton sendiri saya pun mengakui
bahwa film karya sutradara Ang Lee benar-benar bagus. Dari segi cerita,
sinematografi, pesan moral, semuanya bagus. Dan salah satu yang menarik
perhatian saya adalah mengenai 'pencarian Tuhan'.
Terlahir sebagai orang India, Pi,
yang mempunyai nama panjang Piscine adalah penganut Hindu. Pada suatu ketika,
Pi mengakui bahwa dari banyaknya jumlah Dewa-Dewi yang ada, tak ada satu pun
yang dia kenal. Oleh karena itu, Pi terus mencari siapa Tuhan-nya. Kemudian
pada usia 12 tahun saat dia berlibur di sebuah perkebunan, kakaknya, Ravi ,
mengajaknya bertaruh untuk pergi ke sebuah gereja yang berada di bawah
perkebunan. Jika Pi mau pergi ke gereja dan minum air suci di sana, Ravi akan
memberinya sejumlah uang. Pergilah Pi kesana. Sampai di gereja, Pi langsung
minum air suci seperti yang disuruh kakaknya. Kemudian muncullah seorang
pendeta yang memberinya segelas air minum. Kemunculan sang Pendeta mampu
menjawab pertanyaan-pertanyaan Pi mengenai kenapa Tuhan disalib. Jawaban dari sang pendeta membuat Ravi merasa menemukan Tuhan-nya. Maka, dia pun
semakin sering pergi ke gereja.
Menjadi nasrani bukanlah akhir
perjalanan Pi. Ketika dia melewati sebuah masjid dan mendengar serta melihat
orang-orang yang sedang solat, Pi juga tertarik sehingga dia ikut melaksanakan
solat. Menjalankan tiga agama sekaligus, ayah Pi yang seorang rasionalis
menasihati agar Pi sebaiknya tidak percaya terhadap agama-agama yang sedang dia
pelajari. Bahwa sebaiknya mereka percaya pada ilmu pengetahuan yang bisa
menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka.
Pada akhirnya, kepercayaan Pi diuji
oleh sebuah bencana yang membuatnya kehilangan segalanya. Pemerintah India
sebagai pemilik tanah kebun binatang yang dikelola keluarga Pi tidak mau lagi
memberi dana. Alhasil, ayah Pi memutuskan bahwa keluarganya harus pindah ke
Kanada agar mereka bisa mempertahankan hidup. Maka pindahlah mereka sekeluarga
beserta seluruh binatang di kebun binatang menumpang sebuah kapal Jepang. Di
tengah perjalanan kapal yang ditumpangi Pi dan keluarganya karam terkena badai
besar. Hanya Pi dan Richard Parker -harimau- nya yang selamat dan hidup
berhari-hari dalam sekoci.
Terapung bersama harimau yang kelaparan di tengah laut
dimana dia tak mengetahui lokasinya membuat pasrah Pi. Dia menyerahkan seluruh
hidupnya yang sebatang kara kepada Dia yang Maha Kuasa. Pi terus mengasah
akalnya agar bisa bertahan hidup. Pada suatu hari datang badai besar yang
membuat takut Richard Parker. Pi pun ikut murka kepada Tuhan yang kepadaNya dia
telah menyerahkan hidupnya tetapi malah membuat takut harimaunya. Pi hampir
putus asa. Sampai pada suatu hari sekocinya merapat di sebuah pulau yang dihuni
banyak Markeet dan di dalamnya terdapat sumber mata air yang menyegarkan. Pi
memutuskan untuk tinggal di pohon di pulau itu sampai ia menemukan sebuah bunga
aneh. Ia segera pergi dari pulau itu bersama Richard Parker setelah
mengumpulkan beberapa bahan makanan. Sampai akhirnya sekoci yang Pi dan Richard
Parker tumpangi berhasil mendarat di sebuah pantai di Meksiko.
Dalam berjuang mempertahankan hidup
di tengah laut itu, Pi akhirnya menemukan Tuhannya. Meskipun terlihat sendiri,
Pi menyadari bahwa sesungguhnya Tuhan-nya menemani. Dan di saat mendapat
kesulitan Tuhan-nya menolongnya. Seperti saat dia di pulau misterius yang
ternyata adalah pulau karnivora. Di siang hari, pulau itu memberi kehidupan.
Namun di malam hari pulau itu mengambil kehidupan. Pi menyadari setelah
menemukan bunga yang di dalamnya terdapat gigi manusia yang dulu pernah
terdampar di sana. Maka Pi segera pergi. Itulah tanda yang diberikan oleh
Tuhan-nya agar dia terus melanjutkan perjalanannya.
Life of Pi menyadarkan saya kembali tentang kebesaran Tuhan.
Keberadaannya yang seperti angin memang tidak bisa saya sentuh dan lihat. Namun
bisa saya rasakan. Kebesarannya pun tidak perlu saya ragukan, seperti yang Pi
rasakan.
No comments:
Post a Comment