sumber gambar |
Bulan Februari memang bulan yang istimewa karena salah satu tanggalnya diperingati sebagai hari kasih sayang di seluruh dunia. Selain itu, banyak orang-orang kece yang lahir di bulan ini. Diantaranya saya *uhuk* dan Kota Solo. Panggal 17 Februari kemarin, Kota Solo genap berusia 286 tahun. Sudah tua ya? hihihi
Untuk memperingati hari lahirnya, banyak event yang diselenggarakan, diantaranya Festival Jenang Solo. Festival tersebut mulai diselenggaran tahun lalu sehingga tahun ini menjadi tahun kedua penyelenggaraannya. Berbagai macam jenang (bubur) disediakan untuk dibagikan kepada ribuan pengunjung secara gratis. Mulai dari jenang merah dan putih, jenang sumsum, jenang pati, sampai jenang cio giu (semoga gak salah menulisnya).
Setelah menjemput Weni, yang tentu saja belum mandi :p, kami berdua berangkat menuju Ngarsopuro, tempat digelarnya festival jenang. Setibanya di sana, sudah ada banyak orang yang memadati jalan di sepanjang Ngarsopuro. Para Putri Jenang pun sudah berbaris, menunggu Pak Walikota Rudyatmo membuka acara. Ibu-ibu PKK juga sudah siap dengan 'dagangan' jenangnya. Sembari menunggu, saya dan Weni berjalan menyusuri satu stand ke stand lainnya yang ada di sana untuk melihat-lihat jenang apa saja yang hendak kami lahap. Karena jenang yang dibagikan banyak, maka setidaknya kami harus mendapatkan lebih dari satu macam :p *dasar gembul*
Selesai menyusuri stand demi stand, acara belum juga dimulai. Kabarnya, Pak Wali kena macet sehingga belum tiba di tempat sesuai jadwal. Saat sedang berlindung dari teriknya sinar matahari, entah bagaimana mulanya, stand di dekat saya sudah mulai membagikan jenangnya. Orang-orang mulai berkerumun. Merasa kecolongan start, saya dan Weni kemudian mencari stand yang kira-kira masih sedikit antriannya. Inilah jenang pertama yang kami dapatkan adalah:
Jenang mutiara dan tidak tau namanya :| |
Usai melahap jenang tersebut, kami menuju ke stand jenang sagu. Namun ternyata, antriannya tidak manusiawi. Saya menyerah kemudian melipir ke stand di sampingnya yang antriannya lebih tertib. Kami mendapatkan jenang sumsum. Sendok yang kami gunakan untuk makan jenang pertama sengaja tidak kami buang untuk mempermudah dan mempercepat makan jenang-jenang yang lain :D. Dua porsi jenang belum membuat perut kami kenyang, sehingga kami masih memburu jenang yang lain. Jenang lemu menjadi perburuan kami selanjutnya.Sayang, saat kami tiba di stand jenangnya sudah habis. Padahal sepertinya enak karena ada pecel dan sambel tumpangnya. Slurrp. Jenang pati yang kami makan sepincuk berdua menjadi perburuan terakhir kami.
Semakin siang, cuaca semakin panas dan jenang-jenang mulai habis dibagikan. Kami berdua pun memutuskan untuk pulang. Selamat Ulang Tahun yang ke 268 Kota Solo. Semoga semakin berseri. Request untuk tahun depan dong, selain festival jenang boleh loh diadakan festival sego liwet, gudeg ceker, sate kere, atau timlo agar semakin meriah :D
No comments:
Post a Comment