Bagaimana jika kita
bertemu di depan Jam Gadang, jam 9 pagi?
Akhirnya, setelah berpuluh-puluh missed called dariku, kau
membalasnya lewat pesan singkat. Dengan segera aku pun membalas pesan yang kau
kirimkan.
Baik. Kita bertemu di
depan Jam Gadang. Jam 9 pagi.
Layaknya meng-copy dari pesanmu, kukirimkan kembali balasan
pesanmu. Dan setelah jeda agak lama, kau pun mengirim pesan sekali lagi.
Besok aku memakai kaos
hijau
***
Tidak biasanya bagi seorang pemuda sepertiku bangun jam 6
pagi di akhir pekan seperti ini. Malah bisa dibilang haram. Namun demi janji
bertemu dengannya di depan Jam Gadang jam 9 nanti, aku harus bangkit dari kasur
ini. Kemudian menuju ke kamar mandi.
Sekali-sekali, aku harus berpenampilan rapi. Seperti kali
ini. Untuk mendapatkan kembali apa yang telah dua tahun kumiliki. Tak akan
pernah kurelakan pergi, si Merahku.
Jam dinding di kamarku telah berdentang sebanyak delapan
kali, menandakan sudah jam 8 pagi. Masih ada waktu satu jam sebelum pertemuan
kami. Dibutuhkan waktu setengah jam dari rumah menuju Kota Bukittinggi, lokasi
Jam Gadang berada. Segala hal yang aku butuhkan sudah kusiapkan.
Tepat jam 8.30 aku berangkat dengan motorku. Meski akhir pekan,
jalanan ramai lancar. Maka kupastikan tidak akan terlambat menemuinya. Di lampu lalu
lintas terakhir sebelum mencapai lokasi Jam Gadang aku berhenti. Menunggu lampu
merah berganti hijau.
Dalam waktu 60 detik menunggu lampu hijau itu kurogoh ponsel di
kantong celanaku. Kucoba menghubunginya sebelum aku tiba. Namun, kenapa bukan suaranya
yang kudengar menjawab telfonku. Melainkan,
"Nomor yang Anda
hubungi sedang tidak aktif atau berada di luar service area"
Arghhh, dasar sialan perempuan itu. Jika tidak mau mengembalikan handphoneku
bilang saja dari kemarin jangan membuat janji akan mengembalikan tapi handphoneku dibawa pergi! T.T
*Isinya, maksaa, terinspirasi dari kisah nyata :D